Judul : Sejarah Pertanian Indonesia
Penyusun : Ahmad Soim, dkk
Penerbit : Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian
Tahun : 2019
Jumlah halaman : 192 halaman
Link akses : https://repository.pertanian.go.id/items/ef46e3b3-fa89-4739-81f7-6da950d400cd
Manusia dan sejarah memiliki keterkaitan yang erat, begitu juga dalam perkembangan pertanian. Pertanian muncul ketika masyarakat mulai menetap untuk menjaga ketersediaan pangan, yang kemudian mendorong lahirnya peradaban. Berjalanya waktu, perubahan dalam kepercayaan, teknologi, dan seni terjadi seiring dengan adopsi teknologi pertanian, dari yang sederhana hingga yang lebih modern pada era Revolusi Industri 4.0.
Revolusi pertanian merupakan perubahan besar pertama dalam sejarah budaya manusia, yang terjadi sebelum revolusi industri. Masin-masing wilayah di dunia memiliki perkembangan teknologi pertanian yang berbeda, sehingga garis waktu kemajuan pertanian pun bervariasi. Bahkan hingga kini beberapa masyarakat semi-nomaden masih eksis mempertahankan cara hidup mereka untuk menjaga pasokan pangan.
Buku “Sejarah Pertanian Indonesia” ini merupakan kontribusi Kementerian Pertanian untuk memberi gambaran hubungan sejarah pertanian Indonesia dengan pertanian masa depan, juga mengedukasi masyarakat, terutama generasi milenial, tentang sejarah pertanian di Indonesia. Pembahasan buku ini dibagi dalam empat periode yaitu zaman prasejarah, zaman kerajaan Hindu-Buddha dan Islam, zaman kolonial, serta pasca kemerdekaan.
Bab pertama mengulas pertanian Indonesia zaman prasejarah, saat manusia belum mengenal tulisan. Pada masa ini manusia memenuhi kebutuhan pangan dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan. Seiring dengan berkembangnya peradaban masyarakat mulai mengenal bercocok tanam sebagai cara memenuhi kehidupan dasar tanpa tergantung alam. Bab ini juga menyentuh masa perundagian, ketika manusia mulai mengenal logam sebagai bahan dasar untuk membuat alat-alat seperti tombak, kapak, dan bejana, serta kajian etnoarkeologi yang menelusuri bukti-bukti aktivitas manusia di masa lalu.
Bab kedua membahas zaman kerajaan Hindu-Buddha ditandai dengan adanya prasasti Yupa di kerajaan Kuta dan prasasti Tugu dari kerajaan Tarumanegara. Relief pada candi Borobudur yang menggambarkan berbagai komoditas pertanian juga menjadi bukti aktivitas pertanian pada masa itu. Kondisi kehidupan sosial ekonomi masyarakat semakin berkembang termasuk perkembangan peralatan pertanian sederhana, irigasi, serta berbagai teknologi pertanian tradisional. Pengaruh Islam di Indonesia tidak terlalu besar dalam hal pertanian, namun lebih terkait dengan pengaturan pajak dan zakat sesuai syariat Islam.
Bab ketiga mengupas pertanian Indonesia pada zaman kolonial, dimulai dengan kedatangan Portugis dan Belanda pada abad ke-15 dan penerapan sistem tanam paksa atau cultuurstelsel. Pada masa Hindia Belanda dan pendudukan Jepang, penelitian dan penyuluhan pertanian mulai diterapkan, serta Departemen Pertanian mulai dibentuk dengan salah satu tugasnya adalah melakukan pendidikan dan penyuluhan.
Sejarah pertanian pasca kemerdekaan RI dibahas dalam bab keempat, dimulai dari pembangunan pertanian pada era Orde Lama, dengan berbagai program kerja termasuk pembangunan nasional semesta berencana. Selanjutnya, pada masa Orde Baru, program pembangunan pertanian dijalankan melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), dan pada era reformasi, program-program seperti Gema Palagung dan Prima Tani turut membentuk arah pembangunan pertanian nasional. Berbagai terobosan pembangunan pertanian pada era Nawa Cita hingga perkembangan terkini. Gambaran pertanian masa depan sebagai catatan terakhir dalam buku ini.
Buku ini disusun sistematis, sehingga memudahkan pembaca memahami materi. Meski kualitas gambar dalam buku ini kurang cerah namun tidak mengurangi kemampuan dalam menyampaikan informasi. Buku ini juga memiliki tampilan yang mewah dengan kertas yang tebal, menambah kesan eksklusif. Sebagai referensi, buku ini sangat bermanfaat bagi masyarakat yang ingin memahami perjalanan peradaban pertanian Indonesia dan mendukung keberlanjutan kehidupan generasi mendatang. (DA’24)