Judul : Menuju Indonesia Berdaulat Pangan: Kumpulan Pemikiran Dirjen Prasarana dan Sarana Kementerian Pertanian RI
Penulis : Gatot Irianto
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2014
Jumlah halaman : 231 halaman
Link akses : https://kikp-pertanian.id/pustaka/opac/detail-opac?id=63998
Kemerdekaan Indonesia bukan sekedar peristiwa bersejarah yang menandai berakhirnya penjajahan, melainkan juga tonggak perubahan pola pikir bangsa. Dari status sebagai bangsa yang tertindas, Indonesia bangkit menjadi negara yang berdaulat penuh, bertekad untuk melindungi seluruh rakyatnya, memajukan kesejahteraan, mencerdaskan bangsa, dan berkontribusi dalam menjaga ketertiban dunia dengan prinsip kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Kedaulatan merupakan sebuah keniscayaan, perjuangan dalam mewujudkan kedaulatan pangan merupakan esensi dari semangat kemerdekaan.
Buku “Menuju Indonesia Berdaulat Pangan” adalah kumpulan artikel karya Gatot Irianto yang berisi membahas berbagai tantangan yang dihadapi sektor pertanian Indonesia dan menawarkan solusi dengan didasari argumen yang tepat. Melalui kebijakan yang tepat, kolaborasi antara petani, peningkatan infrastruktur dan fasilitas pertanian, serta dukungan dari seluruh rakyat, penulis menunjukkan bahwa kedaulatan pangan bukanlah sekedar angan melainkan tujuan yang dapat dicapai.
Masalah-masalah seperti banjir, kekeringan, prasarana pertanian, perubahan iklim dan lainnya dipaparkan dalam beberapa artikel dalam buku ini. Penulis tidak hanya memaparkan analisis teknis, tetapi juga mengaitkan setiap masalah dengan ideologi kedaulatan yang menjadi roh dari kemerdekaan Indonesia.
Buku ini dibagi menjadi empat bagian utama. Bagian pertama memuat 16 artikel yang mengupas isu banjir dan kekeringan yang selalu terjadi berulang. Penulis menekankan sistem deteksi dini kekeringan dan langkah-langkah secara teknis. Menyediakan data dan informasi kekeringan kepada stakeholder untuk kepentingan mitigasi, adaptasi serta langkah antisipasi untuk mengatasi bencana secara efektif.
Pada bagian kedua bertemakan sarana dan prasarana pertanian berisi sembilan artikel. Pembahasan diawali dengan lahan dan air, untuk apa dan siapa? Menyoroti pertanyaan klasik terkait banyak petani Indonesia yang tidak memiliki tanah, serta air sebagai komponen utama kehidupan. Artikel lainnya yaitu kekeringan dan waspada tehadap krisis dan konflik air, serta menjadi eksportir beras, merupakan artikel yang melengkapi bagian ini.
Ketahanan pangan dan ekonomi dagang terdapat pada bagian ketiga, memuat artikel antara lain, belajar dari krisis ekonomi jilid tiga, menyiasati guncangan perberasan, bersama siapa bisa swasembada, pertarungan antara impor dan ekspor, meratapi nasib petani dan lainya diulas singkat dengan beberapa solusi penyelesaian.
Pada bagian terakhir menyoroti posisi Indonesia dalam peta pertanian dunia dan bagaimana negara ini harus bersikap dalam menghadapi perdagangan bebas ASEAN. Penulis menekankan pentingnya menjaga kepentingan nasional dalam forum-forum internasional. Ada tujuh artikel melengkapi dalam bagian terakhir ini antara lain Road to Bali, bumi makin panas; Pemanasan global; Mitigasi dan adaptasi sektor Pertanian; Hak dasar atas iklim; Kopenhagen makin panas; dan lainnya.
Buku kumpulan artikel ini tampilanya masih sederhana dengan font kecil tanpa ilustrasi, mungkin menjadi tantangan bagi beberapa pembaca. Meskipun demikian, isi buku ini sangat berharga sebagai pembelajaran serta relevansinya tetap terasa dalam konteks perdebatan tentang kedaulatan pangan saat ini. Buku ini merupakan sumber inspirasi yang tak lekang oleh waktu bagi mereka yang berkomitmen pada perjuangan mewujudkan kedaulatan pangan Indonesia. (DA’24)